Sedikit di antara kita yang mengetahui shalat yang satu ini. Shalat ini
dikenal dengan shalat isyroq. Shalat isyroq sebenarnya termasuk shalat
Dhuha, namun dikerjakan di awal waktu. Simak penjelasannya berikut ini.
Asal Penamaan Shalat Isyroq
Penyebutan shalat ini dengan shalat isyraq berdasarkan penamaan sahabat Ibnu ‘Abbas.
Dari ‘Abdullah bin Al Harits, ia berkata,
أن ابن عباس كان لا يصلي الضحى حتى أدخلناه على أم هانئ فقلت لها : أخبري
ابن عباس بما أخبرتينا به ، فقالت أم هانئ : « دخل رسول الله صلى الله عليه
وسلم في بيتي فصلى صلاة الضحى ثمان ركعات » فخرج ابن عباس ، وهو يقول : «
لقد قرأت ما بين اللوحين فما عرفت صلاة الإشراق إلا الساعة » ( يسبحن
بالعشي والإشراق) ، ثم قال ابن عباس : « هذه صلاة الإشراق »
Ibnu ‘Abbas pernah tidak shalat Dhuha sampai-sampai kami menanyakan
beliau pada Ummi Hani, aku mengatakan pada Ummi Hani, “Kabarilah
mengenai Ibnu ‘Abbas.” Kemudian Ummu Hani mengatakan, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Dhuha di rumahku sebanyak 8
raka’at.” Kemudian Ibnu ‘Abbas keluar, lalu ia mengatakan, “Aku telah
membaca antara dua sisi mushaf, aku tidaklah mengenal shalat isyroq
kecuali sesaat.” (Allah berfirman yang artinya), “Mereka pun bertasbih
di petang dan waktu isyroq (waktu pagi).”Ibnu ‘Abbas menyebut shalat
ini dengan SHALAT ISYROQ. [HR. Al Hakim. Syaikh Bazmoul dalamBughyatul
Mutathowwi’ mengatakan bahwa atsar ini hasan ligoirihi (hasan dilihat
dari jalur lainnya]
Keutamaan Shalat Isyroq
Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ
حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ
مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid,
lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah
Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh
secara sempurna.” [HR. Thobroni.]
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ
كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia
duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia
melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji
dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan
sempurna.” [HR. Tirmidzi no. 586.]
Tata Cara Pelaksanaan Shalat Isyroq
Shalat isyroq dilakukan sebanyak dua raka’at. Gerakan dan bacaannya sama dengan shalat-shalat lainnya.
Berdasarkan hadits-hadits yang telah dikemukakan, shalat isyroq
disyariatkan bagi orang yang melaksanakan shalat jama’ah shubuh di
masjid lalu ia berdiam untuk berdzikir hingga matahari terbit, lalu ia
melaksanakan shalat isyroq dua raka’at.
Ketika berdiam di masjid dianjurkan untuk berdzikir. Dzikir di sini
bentuknya umum, bisa dengan membaca Al Qur’an,membaca dzikir, atau lebih
khusus lagi membaca dzikir pagi.
Waktu shalat isyroq sebagaimana waktu dimulainya shalat Dhuha yaitu
mulai matahari setinggi tombak, sekitar 15-20 menit setelah matahari
terbit.
Tata Lengkap Cara Shalat Isyroq:
Sholat ini dilaksanakan sebanyak 2 roka'at dengan niat melakukan Sholat Isyroq.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلِإشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى . الله أكْبَرُ
Artinya: "Aku berniat melakukan Sholat Sunah Isyroq 2 Raka'at karena Allah Ta'ala".
Raka'at pertama setelah Al-Fatihah mambaca surat Ad-Dhuha dan raka'at kedua setelah Al-Fatihah mambaca surat Asy-insyiroh
Untuk tata cara sholat isyroq sama dengan shalat sunah lain
Setelah selesai sholat membaca do'a :
اَللَّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ
رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ
نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ
وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم
مِشْكَاتِيْ وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسِ مَا سِوَاهَا
أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ
الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ
التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ
الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي
اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ
Artinya: "Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur
dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah
Baitul Ma'mur, aku meminta kepadaMu agar Engkau memberiku cahaya, yang
dengannya aku dapat mencari petunjukMu, dan dengannya aku menunjukkan
tentangMu. Dan yang terus-menerus mengiringiku dalam kehidupanku dan
setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan
liang (kubur) ku. Dan aku meminta padaMu dengan wasilah matahari beserta
cahayanya di pagi hari, dan kemulyaan yang wujud pada selain matahari,
agar Engkau menjadikan matahari ma'rifat padaMu (yang ada padaku)
bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan,
tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemaha-esaan dikala purnama.
Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring
berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah
kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan Rasul. Dan
segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah
kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama
seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar