Allah ta’ala berfirman :
قُل لّعِبَادِيَ الّذِينَ آمَنُواْ يُقِيمُواْ الصّلاَةَ وَيُنْفِقُواْ
مِمّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلانِيَةً مّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ
لاّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خِلاَلٌ
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka
mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari
(kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan” [QS.
Ibrahim : 31].
Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam Bersabda
كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat
(HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225 dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)*
Shalat dibuka dengan Takbir dan ditutup dengan Salam
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan
dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya
kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi
no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
Wudhu
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia
berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
Niat
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung
niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang
diniatkan” (HR. Bukhari no.1, Muslim no.3530)*
Rukun adalah ucapan atau perbuatan dalam sholat yang harus dilakukan dan
menentukan sah tidaknya shalat. Jika terlupa, maka sholatnya menjadi
batal atau rokaatnya menjadi batal.
Kewajiban dalam sholat adalah ucapan dan perbuatan yang harus dilakukan.
Jika ditinggalkan secara sengaja maka sholatnya batal, namun jika
terlupa diganti dengan sujud sahwi.
Sunnah dalam sholat adalah ucapan dan perbuatan dalam sholat yang
menyempurnakan sholat. Jika ditinggalkan tidak mengapa (tidak batal),
namun melewatkan keutamaan.
Pembagian gerakan dan ucapan dalam sholat menjadi rukun, wajib, dan
sunnah tersebut berdasarkan para Ulama Hanabilah dan Hanafiyyah.
Sedangkan Ulama Syafiiyyah membaginya menjadi fardlu (kewajiban) dan
sunnah sholat saja
.Dasar utama untuk menentukan rukun dan kewajiban dalam sholat adalah
hadits tentang orang yang buruk sholatnya. Hal-hal yang disebutkan Nabi
dalam hadits tersebut ada yang rukun dan ada yang merupakan kewajiban.
Jika ada hadits lain yang menunjukkan bahwa suatu sholat tidak sah tanpa
perbuatan atau ucapan tertentu, maka hal itu tergolong rukun. Jika
dalam hadits lain terdapat pula perintah Nabi terkait ucapan atau
perbuatan untuk dilakukan dalam sholat, maka itu adalah kewajiban dalam
sholat.
Selain dari itu, jika tidak masuk dalam rukun atau kewajiban, namun
pernah dicontohkan oleh Nabi dalam sholat, maka itu adalah sunnah dalam
sholat.
Hadits tentang orang yang buruk sholatnya adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ
فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ
جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ
وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي فَقَالَ
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ
مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي
صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
masuk ke masjid, kemudian seorang laki-laki masuk melakukan sholat.
(Selesai sholat) laki-laki itu mengucapkan salam kepada Nabi, kemudian
Nabi menjawab salamnya dan bersabda: Kembalilah (sholat) karena engkau
belum sholat. Kemudian ia kembali sebagaimana sholat sebelumnya.
Kemudian ia kembali (menghadap Nabi) dan mengucapkan salam kepada Nabi.
Nabi bersabda: kembalilah sholat, karena engkau belum sholat. Demikian
berlangsung 3 kali. Kemudian orang itu berkata: Demi (Allah) Yang
mengutusmu dengan al-haq, aku tidak bisa sholat lebih baik dari itu.
Ajarilah aku. Kemudian Nabi bersabda: Jika engkau berdiri untuk sholat,
bertakbirlah. Kemudian bacalah yang mudah bagimu dari al-Quran. Kemudian
ruku’lah hingga engkau thuma’ninah dalam ruku’. Kemudian bangkitlah
dari ruku’ hingga engkau berdiri dengan sempurna. Kemudian sujudlah
hingga engkau thuma’ninah dalam sujud. Kemudian bangkitlah (dari sujud)
hingga engkau thuma’ninah dalam duduk. Lakukanlah hal itu dalam seluruh
sholatmu (H.R al-Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa shalat adalah suatu pekerjaan
yang diperintahkan oleh Allah terhadap hambanya yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Syarat Shalat
Beragama islam.
Sudah baligh dan berakal.
Suci dari hadats baik hadats kecil maupun besar.
Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat.
Menutup aurat.
Masuk waktu yang telah ditentukan.
Menghadap kiblat.
Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.
Rukun Shalat
Rukun shalat adalah setiap bagian shalat yang apabila ketinggalan salah
satunya dengan sengaja atau karena lupa maka shalatnya batal (tidak
syah).
Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk,
bila tidak mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau
telentang.
Takbiratul Ihram ketika memulai shalat.
Membaca Al Fatihah.
Rukuk.
I’tidal.
Sujud.
Bangun dari sujud.
Duduk di antara dua sujud.
Tuma’ninah dalam setiap rukun
Tasyahud Akhir.
Duduk Tasyahud Akhir.
Shalawat atas Nabi pada Tasyahud Akhir.
Tertib pada setiap rukun.
Salam.
Yang Membatalkan Shalat
Berhadats.
Terkena Najis yang tidak dimaafkan.
Berkata-kata dengan sengaja diluar bacaan shalat.
Terbuka auratnya.
Mengubah niat misalnya ingin memutuskan shalat (niat berhenti shalat)
atau menggantungkan niat shalat contoh kalau ada orang datang barangkali
mau mengambil sandal saya maka nanti saya akan berhenti.
Makan atau /minum walau sedikit.
Bergerak tiga kali berturut-turut, di luar gerakan shalat.
Membelakangi kiblat.
Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah rukuk, sujud atau lainnya dengan sengaja.
Tertawa terbahak-bahak
Mendahului Imam dua rukun.
Murtad atau keluar dari Islam.
Bacaan dan gerakan sholat menurut tuntunan hadits Nabi SAW
Menghadap Kiblat
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidilharam……. (QS. Al Baqarah [2]:144)
Meluruskan kedua Kaki
عَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ
يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ
السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata;
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang
lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
Kata Nu’man; Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan)
pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula
antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. (HR.
Abu Daud no.566, Ahmadno.17703)*
Takbir
Mengangkat kedua tangan sebatas kedua pundak saat takbiratul ikram
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَسَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ
وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ
حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ
وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ
الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ
وَقَبْلَ أَنْ يَرْكَعَ وَإِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ وَلَا
يَرْفَعُهُمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi, Sa'id
bin Manshur, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Amru an-Naqid, dan Zuhair bin
Harb, serta Ibnu Numair semuanya dari Sufyan bin Uyainah dan lafazh
tersebut milik Yahya, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan
bin Uyainah dari az-Zuhri dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila memulai shalat,
maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua
pundak, dan mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri dari
rukuk, namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud."
(HR. Muslim)
Mengangkat kedua tangan hingga sebatas telinga
عَنْ وَاءِلَ ابْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صل الله عليه و سلّم :
حِينَ افْتَتَحَ الصّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِيَالَ أُذُنَيْهِ قَالَ:
ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ فَرَ أَيْتُهُمْ يَرْ فَعُونَ اَيْدِيَهُمْ إِلَى
صُدُورِهِمْ فِي افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ وَعَلَيْهِمْ بَرَانِسُ
وَأَكْسِيَةٌ
Artinya: dari Wail bin Hujr, dia berkata,“saya melihat Rasullah SAW
sewaktu memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangan sejajar dengan
kedua telinga beliau.”Katanya, “kemudian aku datang kepada mereka, aku
melihat mereka mengangkat tangan sampai ke dada mereka sewaktu memulai
shalat, sementara mereka memakai mantel yang menutup kepala dan memakai
pakaian” (HR. Abu Daud)
Tidak boleh menoleh.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Dari ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat.” Maka Beliau bersabda:
“Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan
terhadap shalatnya hamba.”
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzino.538)*
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي
صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah akan selalu menghadap ke hambanya dalam shalat selama hambanya
tidak membuang pandangannya, apabila ia melirik maka Allah pergi
darinya.”
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daudno.775)*
Dalam HR. Baihaqi dan Hakim (dari Aisyah) disebutkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat menundukkan kepalanya dan
pandangannya tertuju ke tanah.
Mengangkat kedua tangan sebelum mengucapkan Takbir.
أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua
tangannya, lalu beliau mengucapkan: “ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar).“
(HR. Ibnu Majah no.795) *
Mengangkat kedua tangan bersamaan dengan Takbir.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
Dari Wa`il bin Hujr Al Hadlrami berkata;
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua
tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud
no.623, Ibnu Majah no.851)*
Mengangkat kedua tangan setelah ucapan Takbir.
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
Kemudian aku memperhatikan Rasulullah, beliau berdiri dan takbir, lalu
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga, dan meletakkan
tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya.“ (HR. Ad-Darimi
no.1323 dari Wail bin Hujr)*
Peletakan tangan
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri setelah takbiratul ihram
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ
وَائِلٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ وَمَوْلًى لَهُمْ أَنَّهُمَا
حَدَّثَاهُ عَنْ أَبِيهِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ
أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ
يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ
أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى
عَلَى الْيُسْرَى فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ أَخْرَجَ يَدَيْهِ مِنْ
الثَّوْبِ ثُمَّ رَفَعَهُمَا ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ فَلَمَّا قَالَ سَمِعَ
اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمَّا سَجَدَ سَجَدَ بَيْنَ
كَفَّيْهِ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammam
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhadah telah menceritakan
kepadaku Abdul Jabbar bin Wail dari Alqamah bin Wail dan maula milik
mereka bahwa keduanya telah menceritakannya dari bapaknya, Wail bin Hujr
"Bahwasanya dia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat
kedua tangannya ketika masuk shalat, bertakbir." Hammam
menggambarkannya, "Di hadapanya, kemudian melipatnya pada bajunya
kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Ketika dia
ingin rukuk, maka beliau mengeluarkan kedua tangannya dari bajunya,
kemudian mengangkat keduanya, kemudian bertakbir, lalu rukuk. Ketika
beliau mengucapkan, 'Samiallahu Liman Hamidahu' maka beliau mengangkat
kedua tangannya. Ketika beliau sujud, maka beliau sujud di antara kedua
telapak tangannya.” (HR. Muslim)
Meletakkan tangan diatas dada
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ الله صل الله عليه و سلّم يَضَعُ يَدَهُ
الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدَّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي
الصَّلَاةِ
Artinya: dari Thawus, dia berkata,“Rasulullah SAW meletakkan tangan
kanan di atas tangan kirinya, kemudian menarik keduanya di atas dada,
sedang beliau dalam keadaan shalat” (HR. Abu Daud)
Larangan melatakkan tangan pada lambung
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ وَكِيعٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ
زِيَادٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ صَبِيحٍ الْحَنَفِيِّ قَالَ صَلَّيْتُ إِلَى
جَنْبِ ابْنِ عُمَرَ فَوَضَعْتُ يَدَيَّ عَلَى خَاصِرَتَيَّ فَلَمَّا
صَلَّى قَالَ هَذَا الصَّلْبُ فِي الصَّلَاةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sarri dari Waki'
dari Sa'id bin Ziyad dari Ziyad bin Shabih Al Hanafi dia berkata; saya
shalat di samping Ibnu Umar, lalu aku meletakkan kedua tanganku pada
kedua lambungku (bertolak pinggang), seusainya shalat, dia berkata; "Ini
adalah salib dalam shalat, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melarang perbuatan seperti ini." (HR. Abu Daud)
Tangan diatas Pusar
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya
pada pergelangannya diatas pusar.“ (HR. Abu Daud no.646)*
Do’a Iftitah
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى
الصَّلَاةِ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ { وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا } مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ
الْمُشْرِكِينَ { إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ } اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ لِي
إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا
يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا
يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ
كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ
تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ وَإِذَا
رَكَعَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ
خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعِظَامِي وَعَصَبِي وَإِذَا
رَفَعَ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا
شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ وَإِذَا سَجَدَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ
وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ
وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُورَتَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَتَبَارَكَ
اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ وَإِذَا سَلَّمَ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ
وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي
أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Artinya: Dari Ali bin Abu Thalib radliallahu 'anhu dia berkata; "Apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak mengerjakan shalat,
beliau bertakbir kemudian membaca; "Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas
Samaawaati Wal Ardli Haniifam Muslima Wamaa Ana Minal Musyrikin, Inna
Shalaati Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaati Lillahi Rabbil 'Aalamin, Laa
Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Anaa Awwalul Muslimin. Allahumma
Antal Malik Laailaaha Illa Anta, Anta Rabbi Wa Anaa 'Abduka Dlalamtu
Nafsii Wa'taraftu Bidzanbii Faghfirlii Dzunuubi Jamii'a Innahu Laa
Yaghfirud Dzunuuba Illa Anta Wahdinii Liahsanil Ahlaaqi Laa Yahdii Li
Ahsanihaa Illa Anta Washrif 'Anni Sayyi`Ahaa Laa Yashrif Sayyi`Ahaa Illa
Anta. Labbaika Wa Sa'daika Wal Khairu Kulluhu Fii Yadaika Wass Syarru
Laisa Ilaika Ana Bika Wa Ilaika Tabaarakta Wa Ta'aalaita Astaghfiruka Wa
Atuubu Ilaika”. (Aku hadapkan muka-Ku ke hadirat Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dengan tunduk dan menyerahkan diri, dan
tidaklah aku termasuk golongan orang-orang Musyrik. Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Penguasa seluruh
alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian aku di perintah,
dan aku adalah dari golongan orang-orang Islam (yang menyerah diri). Ya
Allah, Enkau adalah Rabbku dan aku dalah hamba-Mu, aku telah berbuat
aniaya terhadap diriku sendiri dan mengakui kesalahanku, maka amnpunilah
dosaku semuanya, dan tiadalah yang dapat mengampuni dosaku itu
melainkan Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang baik, dan tak ada
yang dapat menunjuki kepada akhlak yang terbaik melainkan Engkau. Dan
jauhkanlah aku dari akhlak yang tercela, karena tidak ada yang dapat
menjauhkanku dari akhlak yang tercela melainkan Engkau, Ya Allah, aku
penuhi panggilan-Mu, aku patuhi perintah-Mu, kebaikan seluruhnya berada
dalam kekuasaan-Mu, sedangkan kejahatan tidak dapat di pakai untuk
mendekatkan diri kepada-Mu. Aku ini hanya dapat hidup dengan-Mu dan akan
kembali kepada-Mu, Maha Berkah Engakau dan Maha Tinggi, aku meohon
ampunan dan bertaubat kepada-Mu)."
Apabila ruku', beliau membaca;"Allahumma Laka Raka'tu Wabika Aamantu
Walaka Aslamtu Khasya'a Laka Sam'ii Wa Basharii Wa Mukhhii Wa 'Idzaamii
Wa 'Ashabii (Ya Allah, kepada-Mu lah aku ruku', kepada-Mu lah aku
beriman, kepada-Mu lah aku tunduk, dan kepada-Mu lah pendengaranku,
penglihatanku, otakku, tulang belulangku dan urat sarafku tunduk)."
Apabila i'tidal beliau mengucapkan;"Sami'allahu Liman Hamidah, Rabbanaa
Walakal Hamdu Mil`Us Samaawaati Wal Ardli Wa Mil`U Maa Bainahumaa
Wamil`U Maa Syi`Ta Min Syai`In Ba'du” (Maha Mendengar Allah terhadap
siapa saja yang memuji-Nya, Wahai Rabb kami, hanya bagi Engkau jua
segala pujian, sepenuh langit, bumi, dan sepenuh isi langit dan bumi dan
sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu)."
Apabila sujud, beliau mengucapkan;"Allahumma Laka Sajadtu Wa Bika
Aamantu Walaka Aslamtu, Sajada Wajhiya Lilladzii Khalaqahu Wa Shawwarahu
Fa Ahsana Shuuratahu Wa Syaqqa Sam'ahu Wa Basharahu Wa Tabaarakallahu
Ahsanul Khaaliqin” (Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, kepada-Mu lah
aku beriman, kepada-Mu lah aku tunduk, wajahku bersujud kepada Dzat
yang telah menciptakannya dan membentuknya dengan sebaik-baik bentuk,
membuat pendengaran dan penglihatannya, dan Maha Barakah Allah,
sebaik-baik pencipta)."
Apabila selesai salam, beliau mengucapkan; "Allahummaghfirlii Maa
Qaddamtu Wa Maa Akhhartu Wamaa Asrartu Wamaa A'lantu Wamaa Asraftu Wamaa
Anta A'lamu Bihi Minni Antal Muqaddim Wal Mu`Akhhir Laa Ilaaha Illa
Anta” (Ya Allah, ampunilah daku, dan dosa-dosa yang telah lalu, dosa
yang akan datang, dosa yang samar dan dosa yang jelas, serta dosa yang
hanya Engkau saja yang mengetahuinya, Engkau lah yang mendahulukan dan
mengundurkan, tiada ilah selain Engkau)." (HR. Muslim)
Do’a iftitah dengan bacaan "Subhaanaka Allahumma Wabihamdika”
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ
يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ
وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ
Artinya: Dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; "Apabila Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bangun untuk shalat malam, beliau bertakbir
kemudian mengucapkan:"Subhaanaka Allahumma Wabihamdika Watabaarakasmuka
Wa Ta'aala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairaka” (Maha suci Engkau, ya Allah,
aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu, Maha berkah nama-Mu, Maha luhur
keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau)." kemudian membaca: "Laa
Ilaaha Illallah” (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali,
kemudian membaca:"Allahu Akbar Kabiira (Allah Maha besar benar-benar
Maha besar)." sebanyak tiga kali- (kemudian membaca): “A'uudzu Billahis
Samii'il 'Aliim Minas Syaithaanir Rajiim Min Hamzihii Wanafkhihi Wa
Naftsihi” (Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui dari goda'an syetan yang terkutuk, dari kegilaannya,
dari kesombongannya dan syairnya yang jelek)." kemudian beliau membaca
(Al-Fatihah)." (HR. Abu Daud)
Membaca Ta’awwudz (berlindung dari godaan syetan).
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16] : 98)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’UUDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari
kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimino.1211, Tirmidzi no.225)*
Wajibnya membaca al Fatihah pada setiap rakaat
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ
وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ سُفْيَانَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ
بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Arinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan
Amru an-Naqid serta Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Sufyan berkata Abu
Bakar telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri
dari Mahmud bin ar-Rabi' dari Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits
tersebut marfu' kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, "Tidak sah
shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah." (Hr. Muslim)
Tidak ada Shalat tanpa Al Fatihah
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).“
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmadno.21621)*
لَا يَقْرَأَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا جَهَرْتُ بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Janganlah sekali-kali kalian membaca surat, ketika aku memperdengarkan
bacaanku dalam shalat, kecuali surat Al Fatihah.” (HR. Nasa’I no.911,
Abu Daud no.702)*
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
Jabir bin Abdullah berkata; “Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak
membaca Ummul Qur`an di dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia
shalat di belakang imam.“ (HR. Tirmidzi no.288)*
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ
عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin As Shamit
yang sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sabdanya):
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
Kewajiban Menyimak (diam dan mendengarkan) bacaan Al Qur’an
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raaf
[7] :204)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Imam dijadikan untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka
bertakbirlah kalian dan jika ia sedang membaca (Al-Fatihah atau surat
Al Qur’an) maka simaklah (diam dan dengarkan) .“ (HR. Nasa’I no.913,
Ahmadno.8534, Ibnu Majah no.837)*
Membaca dibelakang Imam
فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِي مِنْكُمْ أَحَدٌ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tadi ada yang membaca bersamaku?”
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu
Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘
Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Membaca Al Fatihah dalam Hati
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa
mengerjakan shalat dan tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur`an (Al
Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak sempurna.” Abu As Sa`ib
berkata kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku terkadang membaca dan
kadang tidak ketika di belakang imam.” Abu As Sa`ib berkata; Maka Abu
Hurairah pun menyenggol lenganku seraya berkata; “Wahai orang Parsi,
bacalah ia dalam hatimu”
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malikno.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
Membaca 'Amin' di belakang imam
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَلَمَةَ
عَنْ حُجْرٍ أَبِي الْعَنْبَسِ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
قَرَأَ { وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ آمِينَ وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah
mengabarkan kepada kami Sufyan dari Salamah dari Hujr Abu Al 'Anbas Al
Hadlrami dari Wa'il bin Hujr dia berkata; "Apabila Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam membaca; "Walaadl dlaallin, beliau
mengucapkan; "Amiin" Sambil mengangkat suaranya.“(HR. Abu Daud)
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ
فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Jika Imam membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI ‘ALAIHIM WALADL
DLAALLIIN, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa yang ucapan ‘AMIIN’
nya bersamaan dengan ‘AMIIN’ nya Malaikat, maka dosanya yang telah lalu
akan diampuni.”
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslimno.621, Ahmad no.9542)*
Tentang Basmalah
Pendapat yang tidak mengeraskan Basmalah
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَ�قَتَادَةَ عَنْأَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ{ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah
menceritakan kepada kami Hisyam dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua
memulai bacaannya dengan“Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamin”. (HR. Abu Daud)
Pendapat yang mengeraskan Basmalah
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قال: كَانَ النَّبِيُّ صل الله عليه و سلّم لَا
يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى تَنَزَّلَ عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّ
حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA. Dia berkata,“Nabi SAW tidak mengetahui
pemisah surah, sehingga diturunkan kepada beliau . Bismillaa hirramaa
nirraahim” (HR. Abu Daud)
Basmalah –menurut pendapat yang rajih- adalah bagian dari al-Fatihah,
sebagaimana pendapat al-Imam asy-Syafi’i, Ibnul Mubarok, dan Ahmad dalam
salah satu riwayat. Salah satu dalilnya adalah hadits:
إِذَا قَرَأْتُمُ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا (بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ
وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى وَ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)
إِحْدَاهَا
Jika kalian membaca ‘Alhamdulillah’ (al-Fatihah) maka bacalah
Bismillahirrohmaanirrohiim. Sesungguhnya ia (al-Fatihah) adalah Ummul
Qur’an, Ummul Kitaab, dan tujuh (ayat) yang berulang. Dan
Bismillahirrohmaanirrohiim adalah salah satu (ayatnya)(H.R al-Baihaqy,
adDaraquthniy, dishahihkan Ibnul Mulaqqin dan al-Albany dalam Silsilah
as-Shahihah)
Para Ulama yang menshahihkan hadits ini berbeda pendapat tentang apakah
hadits ini marfu’ (ucapan Nabi) atau mauquf (ucapan Abu Hurairah).
Al-Hafidz Ibn Hajar mengisyaratkan bahwa yang benar hadits itu mauquf
dalam Bulughul Maram. Sedangkan Syaikh al-Albany menyatakan bahwa hadits
itu shahih baik marfu’ maupun mauquf. Sebagian Ulama berpendapat bahwa
basmalah bukanlah bagian dari al-Fatihah, berdalil dengan hadits Abu
Hurairah riwayat Muslim yaitu hadits Qudsi yang Allah membagi al-Fatihah
antara diriNya dengan hambaNya menjadi 2 bagian. Di dalam lafadz hadits
itu tidak disebutkanBismillahirrohmaanir rohiim.
Jika memang riwayat al-Baihaqy dan adDaruquthniy adalah mauqufucapan Abu
Hurairah, maka tentunya beliau lebih paham tentang makna hadits yang
diriwayatkannya bahwa memang Bismillahirrohmanirrohim adalah bagian dari
al-Fatihah. Karena itu, dalam sholat, semestinya seorang yang membaca
al-Fatihah juga membaca basmalah.
Nabi shollalahu alaihi wasallam lebih sering tidak mengeraskan bacaan
basmalah dalam sholat, namun kadangkala beliau keraskan bacaan
basmalahnya (disarikan dari Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qoyyim
(1/206-207)).
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا
مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Aku sholat bersama
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman,
tidak pernah aku mendengar seorangpun (dari mereka) membaca (mengeraskan
bacaan) Bismillahirrohmaanirrohiim (H.R Muslim no 605).
Hadits Anas ini menunjukkan bahwa Nabi, Abu Bakr, Umar, dan Utsman
sangat jarang memperdengarkan bacaan bismillahirrohmanirrohiim dalam
sholat.
Namun, jika kadangkala dikeraskan dalam bacaan sholat maka tidak mengapa, sebagaimana difatwakan Syaikh Bin Baz.
Membaca Surat pada Rakaat Pertama dan Kedua Saja.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ
فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau membaca faatihatul
kitaab dan surat pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ‘ashar dan
faatihatul kitaab pada dua rakaat berikutnya.
(HR. Ahmad no.21549)*
Berdiam sejenak (Saktah / Thu’maninah)
قَالَ سَمُرَةُ حَفِظْتُ سَكْتَتَيْنِ فِي الصَّلَاةِ سَكْتَةً إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ حَتَّى يَقْرَأَ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
Samurah berkata; “Aku hafal dua tempat diam sejenaknya beliau dalam
shalat, pertama ketika imam bertakbir sampai membaca (Al Fatihah) dan
diamnya yang kedua apabila selesai membaca surat Al Fatihah dan surat Al
Qur’an sebelum ruku’.”
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majahno.836)*
Ruku’
Melakukan Rukuk
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Al Huwairits dia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir, ruku’, dan
ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ (i’tidal) hingga mencapai kedua
ujung telinganya.” (HR. Abu Daudno.636)*
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي
الصَّلَاةِ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau
mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua
tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau
juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)*
Posisi Rukuk
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ
أَصَابِعِهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُغَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ وَلَا صَافِحٍ
بِخَدِّهِ
“Apabila ruku’, beliau merapatkan kedua telapak tangan pada kedua
lututnya, merenggangkan jari jemarinya lalu membungkukkan punggung
(secara rata), tidak menengadah dan tidak pula menundukkan kepalanya.”
(HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
Kedua Tangan diletakkan.
كُنَّا نَفْعَلُهُ فَنُهِينَا عَنْهُ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِينَا عَلَى الرُّكَبِ
“Kami pernah mengerjakan seperti itu lalu kami dilarang (oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam), dan kami diperintahkan untuk meletakkan
tangan kami pada lutut-lutut kami.“ (HR. Bukhari no.748)*
Menggenggam.
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَّرَ يَدَيْهِ فَتَجَافَى عَنْ جَنْبَيْهِ
“Kemudian beliau ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua
lututnya seakan-akan beliau menggenggamnya, dan mengikatkan kedua
tangannya seperti tali lalu merenggangkannya dari kedua lambungnya.”
(HR. Abu Daud no.627, Tirmidzino.241, Nasa’I no.1026)*
Mencengkram.
فَلَمَّا رَكَعَ طَبَّقَ يَدَيْهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku’, beliau mencengkramkan kedua tangannya pada kedua lututnya.”
(HR. Abu Daud no. 638)*
Kedua Lutut dan Jari-jemari direnggangkan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika
rukuk selalu meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan
merenggangkannya. “ (HR. Ibnu Majah no.864)*
Mengangkat tangan saat ruku’
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
افْتَتَحَ الصَّلَاةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الصُّدُورِ وَزَادَ
Artinya: telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Ibnu Abu Umar
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari
Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya ia berkata; "Aku melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ketika membuka shalat mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Beliau juga mengangkat
tangan ketika rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk." (HR. Tirmidzi)
Meletakkan tangan diatas kedua lutut saat rukuk
عن مُصْعَبْ بن سَعْدٍ قال: صَلَيْتُ إِلَي جَنْبِ أَبِي فَجَعَلْتُ
يَدَيَّ بَيْنَ رُكْبَتَيَّ فَنَهَانِي عَنْ ذَلِكَ فَعُدْتَ فَقَالَ:
لَاتَصْنَعْ هَذَا، فَإِنَّا كُنَّا نَفْعَلَهُ فَنُهِيْنَا عَنْ ذَلِكَ
وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِيَنَا عَلَى الرُّكَبِ
Artinya: dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata, ”Aku pernah mengerjakan
shalat disamping bapakku, lalu aku meletakkan kedua tanganku antara
kedua lututku, maka ia melarangku mengerjakan cara yang demikian itu.
Lalu saya kembali (mengulanginya), ia berkata (ayahku), janganlah kamu
melakukan cara ini, lalu kami dilarang melakukannya dan kami
diperintahkan supaya meletakkan tangan diatas lutut.” (HR. Abu Daud)
Thuma’ninah
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
Dari Al Bara’ berkata, “Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika mengangkat kepala dari
rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan
semuanya sama (dalam thuma’ninah).“ (HR. Bukhari no.750)*
Bacaan dalam Ruku dan Sujud
عن شُعْبَةُ قَالَ: قُلْتُ لِسُلَيْمَانَ أَدْعُوْ فِي الصَّلَاةِ إِذَا
مَرَرْتُ بِايةِ تَخَوُّفٍ؟ فَحَدَّثَنِى عنْ سَعْدِ عُبَيْدَتَ عنْ
مُسْتَوْرِدٍ عنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ
النَّبِيِّ صل الله عليه و سلّم فَكَانَ يَقُوْلُ فِي رُكُوْعِهِ:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَفِي سُجُوْدِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ
الأَعْلَى، وَمَا مَرَّ بِايةِ رَحْمَةٍ إِلاَّ وَقَفَ عِنْدَهَا فَسَأَلَ
وَلَا بِايةِ عَذَابٍ إَلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا فَتَعَوَّذَ.
Artinya: Dari Syu’bah, dia berkata, ”aku berkata kepada Sulaiman,
Apabila aku membaca ayat yang mengandung kekhawatiran (atau ketakutan),
apakah aku harus berdo’a dalam shalat?” dari Hudzaifah, bahwasannya dia
pernah shalat dengan Nabi SAW, lalu beliau dalam rukuknya, ”Subhaana
Rabbiyal ’Azimii(Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)” dalam sujud membaca
”Subhaana Rabbiyal A’laa (Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur)”. Beliau
tidak melewati ayat tentang rahmat, melainkan beliau pasti berhenti pada
ayat itu, lalu berdo’a dan setiap kali melewati ayat tentang adzab,
beliau juga pasti berhenti pada ayat itu, lalu memohon perindungan.”
(HR. Muslim)
Bacaan dalam ruku’ dan Sujud
عَنْ عَاءِشَةَ أَنْ النَّبِيِّ صل الله عليه و سلّم كَانَ يَقُوْلُ فِي
رُكُوْعِهِ وَ سُجُوْدِهِ: سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَا ءِكَةَ
وَالرُّوْحِ
Artinya: Dari Aisyah RA, bahwasannya Nabi SAW mengucapkan dalam ruku’
dan sujudnya, ”Subbuhul Qudduusun, rabbul malaa’ikati waruuhi” (Maha
Suci Allah, Tuhan kami, Tuhan Malaikat dan Jibril”).(HR. Muslim)
Shalatnya orang yang tidak menegakkan tulang sulbinya saat rukuk dan sujud
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ
سُلَيْمَانَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ عَنْ أَبِي
مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ
ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An Namari telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sulaiman dari 'Umarah bin Umair
dari Abu Ma'mar dari Abu Mas'ud Al Badri dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak sempurna shalat seseorang
sehingga ia meluruskan punggungnya ketika ruku' dan sujud.“ (HR. Abu
Daud)
I’tidal
Apa yang dibaca saat mengangkat kepala dari rukuk
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ
أَبِي أَوْفَى قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ
ظَهْرَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ
وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan Waki' dari al-A'masy dari
Ubaid bin al-Hasan dari Ibnu Abi Aufa dia berkata,"Dahulu Rasulullah
shallallahu 'alaihiwasallam apabila beliau mengangkat punggungnya dari
rukuk maka beliau mengucapkan, 'Sami'allahu Liman Hamidahu, Allahumma
Rabbana laka al-Hamdu Mil'u as-Samawati wa Mil'u al-Ardh wa Mil'u Ma
Syi'ta Min Sya'in Ba'du. (Semoga Allah mendengar kepada orang yang
memujiNya. Yami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta
sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu)”. (HR. Muslim)
Cara meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَال
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ
وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ
قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa'il bin Hujr dia berkata; “saya melihat apabila Nabi shallallahu
'alaihi wasallam sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum kedua
tangannya, dan apabila bangkit, beliau mengangkat kedua tangannya
sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Daud)
Sujud
Mengangkat tangan saat turun sujud
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ وَهُوَ يَهْوِي
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ قَوْلُ أَهْلِ
الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ قَالُوا يُكَبِّرُ الرَّجُلُ وَهُوَ
يَهْوِي لِلرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
dari Abu Hurairah berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir
ketika sedang turun (sujud)." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya
hasan shahih. ini adalah pendapat ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang setelah mereka dari
kalangan tabi'in. Mereka berkata; "Seorang laki-laki hendaknya bertakbir
ketika rukuk dan sujud." (HR. Tirmidzi)
Melakukan Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, Jika sujud beliau meletakkan kedua lutut sebelum kedua
tangannya. Dan jika bangun dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya
sebelum kedua lutut.”
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimino.1286)*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka hendaklah
ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan janganlah ia
turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
Posisi Sujud
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Ketika sujud Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menekankan hidung dan dahinya ke bumi, menjauhkan dua
tangan dari lambungnya, dan meletakkan dua telapak tangannya sejajar
dengan dua bahu.” (HR. Tirmidzi no.250, Abu Daud no.627)*
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ
Dari al-Bara’ dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
bersabda, “Apabila kalian sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu
dan angkatlah kedua sikumu.” (HR. Muslim no.763, Ahmad no.17858)*
Sujud dalam Shalat berjama’ah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اشْتَكَى أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengadu kepada beliau tentang sulitnya sujud mereka jika harus
menjauhkan kedua tangan dari kedua rusuk dan menjauhkan perut dari kedua
paha, maka beliau bersabda: “Gunakanlah lutut-lutut kalian.”
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian sujud, janganlah ia membentangkan
kedua tangannya ke lantai sebagaimana seekor anjing, dan hendaklah ia
meletakkan di kedua pahanya.” (HR. Abu Daudno.766)*
Posisi Jari ketika Sujud.
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“…………. kemudian beliau membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud,
lalu mengucapkan: “Allahu Akbar“ (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
Jari-jemari menghadap Kiblat.
ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ
Setelah itu beliau sujud dan meletakkan kedua tangannya menghadap kiblat.
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
Kedua Paha dibuka
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
Dari Abu Humaid dengan hadits seperti ini, katanya; “Apabila beliau
sujud, beliau merenggangkan kedua pahanya tanpa memikul beban perutnya.”
(HR. Abu Daud no.627)*
Kedua Telapak Kaki ditegakkan serta Kedua Tumit dirapatkan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
Dari ‘Aisyah dia berkata; “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku menyentuh beliau yang sedang sujud,
sedangkan kedua telapak kakinya tegak. (HR. Nasa’Ino.1088, Muslim
no.751, Ahmad no.23176, Abu Daudno.745, Ibnu Majah no.3831)*
Anggota sujud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ وَسُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أُمِرْتُ قَالَ حَمَّادٌ أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ وَلَا يَكُفَّ شَعْرًا وَلَا
ثَوْبًا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Sulaiman bin Harb
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari
'Amru bin Dinar dari Thawus dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam beliau bersabda:"aku di perintah" sedangkan Hammad
mengatakan; Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam di perintah supaya
melakukan sujud atas tujuh anggota badan, dan supaya seseorang tidak
menahan rambut dan kainnya ketika sujud." (HR. Abu Daud)
Tujuh anggota sujud
عَنِ الْعَبَّاسِ ابْنِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولُ الله صل
الله عليه و سلّم يَقُوْلُ: إِذَا سَجَدُ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ
سَبْعَةُ اَرَابٍ وَجْهُهُ وَكَفَّاهُ وَرُكْبَتَاهُ وَقَدَمَاهُ
Artinya: Dari Abbas bin Abbdul Muthallib RA, bahwasannya dia pernah
mendengar Rasullah SAW bersabda, ”Apabila seorang hamba bersujud,
sujudlah bersamanya anggota badan, yakni: Muka, Kedua telapak tangan,
kedua lutut, dan kedua telapak kakinya.” (HR. Muslim)
Sujud pada hidung dan jidad
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا
مَعْمَرٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رُئِيَ عَلَى جَبْهَتِهِ وَعَلَى أَرْنَبَتِهِ أَثَرُ طِينٍ مِنْ
صَلَاةٍ صَلَّاهَا بِالنَّاسِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ نَحْوَهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna telah
menceritakan kepada kami Sufwan bin Isa telah menceritakan kepada kami
Ma'mar dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Sa'id Al
Khudri bahwa “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terlihat pada dahi
dan ujung hidung beliau terdapat bekas tanah dari mengerjakan shalat
bersama orang-orang." Telah menceritakan kepada kami Muhamad bin Yahya
telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar seperti hadits di
atas." (HR. Abu Daud)
Menampakkan ketiak dan merenggangkan lengan saat sujud
أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ
جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ ابْنِ هُرْمُزَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ
بَيَاضُ إِبْطَيْهِ وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ رَبِيعَةَ
نَحْوَه
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Bukair telah
menceritakan kepada kami Bakar bin Mudlar dari Ja'far bin Rabi'ah dari
Ibnu Hurmuz dari 'Abdullah bin Malik bin Buhainah, “bahwa jika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membentangkan kedua
lengannya hingga tampak putih ketiaknya." Al Laits berkata, telah
menceritakan kepadaku Ja'far bin Rabi'ah seperti itu." (HR. Bukhari)
Sifat (Cara) Sujud
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صل الله عليه و سلّم قال: اع ْتَدِلُوْا فِي
السُّجُوْدِ، وَلَا يَفْتَرِشْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ
الْكَلْبِ
Artinya: Dari Anas RA, bahwasannya Nabi SAW bersabda, ”Sempurnakanlah
dalam bersujud, dan janganlah salah seorang dari kamu membentangkan
kedua lengannya, sebagaimana anjing.” (HR. Abu Daud)
Duduk Iq'a` antara dua sujud
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ
ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا
يَقُولُ قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ
فِي السُّجُودِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ قَالَ قُلْنَا إِنَّا لَنَرَاهُ
جُفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ma'in telah
menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij telah
mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa “dia mendengar Thawus berkata;
kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai duduk iq`a' (duduk bersimpuh)
di atas kedua tumit di antara sujud." Ibnu Abbas menjawab; "itu termasuk
sunnah".Kata Thawus; "kami berkata; "Sesungguhnya kami melihatnya
kurang sopan." Ibnu Abbas menjawab; "Itu adalah sunnah Nabimu
shallallahu 'alaihi wasallam.“ (HR. Abu Daud)
Doa antara dua sujud
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَسْعُودٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ
حَدَّثَنَا كَامِلٌ أَبُو الْعَلَاءِ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ أَبِي
ثَابِتٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mas'ud telah menceritakan
kepada kami Zaid bin Al Khubbab telah menceritakan kepada kami Kamil Abu
Al 'Ala` telah menceritakan kepadaku Habib bin Abu Tsabit dari Sa'id
bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengucapkan diantara dua sujudnya "Allahumma Ghfir Li Warhamni Wa'afini
Wahdini Warzuqni" (ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat,
kesejahteraan, petunjuk dan rizki).“ (HR. Abu Daud)
Cara bangkit dari rakaat ganjil
عنْ أَبِى قِلَابَةَ قَالَ: جَاءَ نَا أَبُوْ سُلَيُمَانَ مَالِكُ بْنُ
الْحُوَيْرِثْ إِلَى مَسْجِدِنَا فقال: وَ الله إِنِّي لأُصَلِّي وَمَا
أُرِيْدُ الصَلَاةَ وَلَكِنِّي أُرِيْدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ
رَسُوْلُ الله صل الله عليه و سلّم يُصَلِّي ؟ قَالَ: فَقَعَدَ فِيْ
الرَّكْعَةِ الأُوْلَى حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السَّجَدَةِ الاَخِرِةِ
Artinya: Dari Abu Qilabah, dia berkata,”Abu Sulaiman Malik bin Huwarits
datang ke masjid kami, lalu berkata, ”Demi Allah sesungguhnya aku akan
mengerjakan shalat bersamamu, sebenarnya aku tidak mau mengerjakan
shalat, akan tetapi aku bermaksud akan memperhatklan kepada kalian
bagaimana cara Rasullah SAW mengerjakan Shalat,” kata Abu Qilabah,”maka
dia duduk (istirahat) pada rakaat pertama, ketika bangkit dari sujud
akhir.”(HR. Abu Daud)
Mengangkat tangan saat bangkit rakaat kedua
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ
الْمُحَارِبِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَاصِمِ
بْنِ كُلَيْبٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ
الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad bin
'Ubaid Al Muharibi keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Fudlail dari 'Ashim bin Kulaib dari Muharib bin Ditsar dari
Ibnu Umar dia berkata;"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bangkit dari raka'at kedua, beliau bertakbir sambil mengangkat kedua
tangannya.” (HR. Abu Daud)
Duduk tasyahud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ عَاصِمِ
بْنِ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ قُلْتُ
لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ثُمَّ أَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ
فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَهُمَا مِثْلَ ذَلِكَ قَالَ ثُمَّ
جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى
فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَحَدَّ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى فَخِذِهِ
الْيُمْنَى وَقَبَضَ ثِنْتَيْنِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً وَرَأَيْتُهُ يَقُولُ
هَكَذَا وَحَلَّقَ بِشْرٌ الْإِبْهَامَ وَالْوُسْطَى وَأَشَارَ
بِالسَّبَّابَةِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami Bisyr bin Al Mufadlal dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya
dari Wa'il bin Hujr dia berkata; kataku; "Sungguh aku melihat bagaimana
tata cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam!." yaitu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri, lalu menghadap kiblat,
bertakbir, mengangkat kedua tangan sehingga sejajar dengan kedua
telinga, setelah itu tangan kanan beliau memegang tangan kirinya,
sewaktu beliau hendak ruku', beliau mengangkat kedua tangannya seperti
tadi."Katanya melanjutkan; "Kemudian beliau duduk, yaitu menduduki kaki
kirinya dan meletakkan tangan kiri di atas paha kirinya sambil
merenggangkan siku yang kanan terhadap paha sebelah kanan dan
menggenggam kedua jari (kelingking dan manis) dan membentuk suatu
lingkaran. Aku melihat beliau melakukan seperti ini Bisyr membentuk
lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah serta menunjuk dengan jari
telunjuk.“ (HR. Abu Daud)
Bacaan Tasyahud
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كُنَّا إِذَا جَلَسْنَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا
السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ قَبْلَ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ
وَفُلَانٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ
وَلَكِنْ إِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ
وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ
اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ ذَلِكَ أَصَابَ كُلَّ
عَبْدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ لِيَتَخَيَّرْ أَحَدُكُمْ مِنْ
الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُوَ بِهِ
Artinya: Dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata; "Apabila kami selesai
duduk-duduk bersama bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dalam shalat, maka kami ucapkan; "As Salaamu 'alallah qabla 'ibaadihis
salaam'ala fulaanin wa fulaan (selamat sejahtera bagi Allah sebelum
hamba-bamba-Nya, selamat sejahtera bagi fulan dan fulan)." Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian
mengatakan "As Salaamu 'alaallah, karena Allah adalah dzat sumber
keselamatan, akan tetapi jika salah seorang dari kalian duduk hendaklah
mengucapkan;'At Tahiyyati Lillah Was Shalawaatu Wat Thayyibaat, As
Salaamu 'Alaika Ayyuhan Nabiiyyu Warahmatullahi Wa Barakaatuh As Salaamu
'Alaina Wa 'Alaa Ibaadillahis Shalihin (Segala kesejahteraan milik
Allah semata, begitupun segala kasih-sayang dan hal-hal yang baik,
selamat sejahtera kiranya terlimpah kepadamu wahai Nabi, begitupun
rahmat Allah serta berkah-berkah-nya. Selamat sejahtera terlimpah pula
atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang Shalih) " apabila kalian
mengucapkan seperti ini, maka kalian dapat mencapai semua hamba yang
Shalih baik yang di langit maupun yang di bumi, -atau sabdanya- di
antara langit dan bumi. ' "Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah Wa Asyhadu Ann
Namuhammadan 'Abduhu Wa Rasuuluh(Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah
selaian Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan
utusan-Nya) ", kemudian hendaklah salah seorang dari kalian memilih do'a
yang menarik hatinya dan berdo'a dengan do'a itu." (HR. Abu Daud)
Membaca shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam setelah syahadat
عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَمَرْتَنَا أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ وَأَنْ نُسَلِّمَ عَلَيْكَ فَأَمَّا
السَّلَامُ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْحَدِيثِ
قَالَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ
بِشْرٍ عَنْ مِسْعَرٍ عَنْ الْحَكَمِ بِإِسْنَادِهِ بِهَذَا قَالَ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ الزُّبَيْرُ بْنُ
عَدِيٍّ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى كَمَا رَوَاهُ مِسْعَرٌ إِلَّا أَنَّهُ
قَالَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَاقَ مِثْلَه
dari Ka'b bin 'Ujrah dia berkata; kami bertanya -atau- mereka bertanya;
"Wahai Rasulullah, Anda memerintahkan kami untuk bershalawat dan salam
kepada anda, kami telah mengetahui tentang salam, lalu bagaimana cara
kami bershalawat kepada anda?" beliau bersabda: "Ucapkanlah; 'Allahumma
Shalli 'Ala Muhammadin Wa'alaa Aalii Muhammad, Kamaa Shallaita 'Alaa
Ibrahim. Wabaarik 'Alaa Muhammad Wa'alaa Aali Muhammad, Kamaa Barakta
'Alaa Ibrahim Fil 'Alamiina Innaka Hamidum-Majiid (Ya Allah, curahkanlah
kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
curahkan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah, curahkanlah keberkahan
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau curahkan
keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
Lagi Maha Agung)." (HR. Abu Daud)
Duduk tawaruk pada rakaat keempat
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍالسَّاعِدِيَّ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ أَبُو قَتَادَةَ قَالَ
أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا فَاعْرِضْ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ
أَكْبَرُ وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
ثُمَّ يَصْنَعُ فِي الْأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ
حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ
رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ الْأَيْسَرِ
زَادَ أَحْمَدُ قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّي وَلَمْ يَذْكُرَا
فِي حَدِيثِهِمَا الْجُلُوسَ فِي الثِّنْتَيْنِ كَيْفَ جَلَسَ
Artinya: dari Abu Humaid As Sa'idi dia berkata; saya pernah mendengarnya
berkata di tengah-tengah sepuluh sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam -Ahmad berkata; telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin 'Amru
bin 'Atha` dia berkata; aku mendengar Abu Humaid As Sa'idi berkata di
tengah-tengah sepuluh sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di
antaranya adalah Abu Qatadah, Abu Humaid berkata; "Aku lebih mengetahui
tentang shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Mereka
berkata; "kalau demikian, jelaskanlah." Kemudian Abu Humaid menyebutkan
hadits tersebut, katanya; "… kemudian beliau membuka jari-jari kedua
tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: "Allahu Akbar" Setelah itu,
beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya,
beliau mengerjakan seperti itu di raka'at yang lain." Kemudian dia
menyebutkan lanjutan dari hadits tersebut, katanya; "…dan ketika beliau
duduk (tahiyyat) yang terdapat salam, beliau merubah posisi kaki kiri
dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki
kanan) di atas betis kiri." Ahmad menambahkan; "Sepuluh sahabat tersebut
berkata; "Benar kamu, demikianlah beliau biasa melaksanakan shalat."
keduanya tidak menyebutkan dalam kedua hadits tersebut tentang cara
duduk dalam rala'at kedua." (HR. Abu Daud)
Menunjuk dalam shalat
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ
عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُعَاوِيِّ قَالَ رَآنِي عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصَى فِي الصَّلَاةِ فَلَمَّا
انْصَرَفَ نَهَانِي وَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا
جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ
الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي
تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُسْرَى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabi dari Malik dari
Muslim bin Abu Maryam dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi dia berkata;
Abdullah bin Umar melihatku, ketika aku sedang mempermainkan kerikil
dalam shalat, seusai shalat, dia melarangku sambil berkata; "Perbuatlah
seperti yang di perbuat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
kataku; 'Bagaimana yang biasa di perbuat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam?" dia menjawab; "Apabila beliau duduk dalam shalat, beliau
meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan menggenggam
semua jari jemarinya seraya menunjuk dengan jari yang dekat ibu jari
(jari telunjuk) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha
kirinya.” (HR. Abu Daud)
Telunjuk sedikit Bengkok
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا فِي
الصَّلَاةِ وَاضِعًا ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat dengan
meletakkan lengan kanannya di atas paha yang kanan, dan mengangkat
telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdo’a.” (HR. Nasa’i
no.1257, Abu Daud no.840)*
Telunjuk Lurus
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصْبِهِ قَدَمَهُ الْيُمْنَى
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan
kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya
dan meluruskan jari telunjuknya sebagai isyarat mengesakan Rabnya
‘Azzawajalla. (HR.Ahmadno.15977 dari Ibnu Ishaq)*
Pandangan tertuju pada Telunjuk.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي
التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
وَلَمْ يُجَاوِزْ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ
‘Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari Bapaknya berkata;
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan
dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan
telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR.
Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
Doa setelah syahadat
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ
حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَائِشَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ
يَقُولُقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنْ التَّشَهُّدِ الْآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ
مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan
kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Al Auza'i
telah menceritakan kepadaku Hasan bin 'Athiyah telah menceritakan
kepadaku Muhammad bin Abu Aisyah bahwa dia mendengar Abu Hurairah
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila
kalian selesai dari tasyahud akhir, hendaklah memohon perlindungan
kepada Allah dari empat perkara, yaitu; dari siksa neraka Jahannam, dari
siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari kejahatan
Dajjal." (HR. Abu Daud)
Do’a setelah Tasayahhud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صل الله عليه و سلّم أَنَّهُ كَانَ
يَقُوْلُ بَعْدَ التَّشَهُّدِ: اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَ أَعُوذُ
بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَلْمَمَاتِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, dari Nabi SAW, bahwasannya setelah membaca
tasyahhud beliau mengucapkan,“Allahumma Innii ‘Auudzu Bika Min ‘Azaabi
Jahanna, Wa A’uudzu Bika Min ‘Adzaabil Qabri, Wa A’uudzu Bika Min
Fitnatid Dajjal, Wa A’uudzuu Bika Min Fitnatil Mahyaa Wal Mamaati (Wahai
Allah, aku berlindung kepada engkau dari siksa neraka, aku berlindung
kepada engkau dari siksa kubur, aku berlindung kepada engkau dari fitnah
dajjal. Aku berlindung kepada engkau dari fitnah hidup dan mati ), (HR.
Abu Daud)
Do’a Sebelum Salam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma innii ‘A’uudzu bika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naar
wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitmatil masiihid dajjaal”
(“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur dan dari siksa api
neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid
Dajjal”).
(HR. Bukhari no.1288 dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu)*
Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ
خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Artinya: Dari Abdullah bahwa “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam biasa
memberi salam ke arah kanan dan ke arah kiri sehingga terlihat putih
pipi beliau (beliau mengucapkan): " Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah,
Assalaamu 'alaikum wa rahmatullahi (semoga keselamatan dan rahmat Allah
tetap atas kalian, semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas
kalian)." (HR. Abu Daud)
Ucapan Salam
عَنْ وَاءِلٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صل الله عليه و سلّم
فَكَانَ يُسَلَّمُ عَنْ يَمِينِهِ (اَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ(الله وَبَرَكَةُ) وَ عَنْ شِمَالِهِ (اَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ الله
Artinya: Dari Wail, dia berkata, “saya pernah mengerjakan shalat bersama
nabi SAW, beliau biasa memberi salam ke kanan beliau (dengan
mengucapkan), Asslamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakatu(Semoga
keselamatan, rahmat Allah dan berkahnya tetap atas kalian), dan ke
sebelah kiri beliau (dengan mengucapkan)Asslamu ‘alaikum wa
rahmatullaahi(semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tetap atas kalian).”
(HR. Muslim)
Bacaan samar dalam shalat dzuhur
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ قَيْسِ بْنِ
سَعْدٍ وَعُمَارَةَ بْنِ مَيْمُونٍ وَحَبِيبٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي
رَبَاحٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ يُقْرَأُ فَمَا
أَسْمَعَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَسْمَعْنَاكُمْ وَمَا أَخْفَى عَلَيْنَا أَخْفَيْنَا عَلَيْكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan
kepada kami Hammad dari Qais bin Sa'd dan 'Umarah bin Maimun serta Habib
dari 'Atha` bin Abu Rabah bahwa Abu Hurairah berkata; "Di dalam shalat
itu ada yang di baca, dan apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam perdengarkan kepada kami, maka kami pun akan perdengarkan
kepada kalian, dan apa yang beliau samarkan (dalam bacaan) kepada kami,
maka kami pun akan menyamarkan kepada kalian.”(HR. Abu Daud)
Berikut Ini Fakta Manfaat Gerakan Shalat Untuk Kesehatan Fisik Adalah :
Takbiratul Ihram.
Posisi: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan
kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah
mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot
bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar.
Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah.
Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya
pada tubuh bagian atas.
Ruku'
Posisi: Ruku yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga
bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah.
Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Posisi ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang
belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf.
Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada
tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi
bagi otot – otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, ruku merupakan wahana
latihan bagi kemih untuk mencegah gangguan prostat.
Menghindarkan diri dari berbagai penyakit tulang belakang, seperti :
Acute Lumbargo ; sengal (rasa sakit) pinggang mendadak.
Cronic Recurant ; sengal (rasa sakit) pinggang menahun.
Spondilosis ; tergelincirnya ruas tulang belakang.
I’tidal.
Posisi: Bangun dari ruku, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Itidal adalah variasi Posisi setelah ruku dan sebelum sujud.
Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang
baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan
pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
Sujud.
Posisi: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir
maksimal ke otak. Karena otak adalah pusat susunan syaraf, maka
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan darah di otak akan banyak berpengaruh
terhadap seluruh tubuh. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah,
jangan tergesa – gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi
ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk
maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan
organ kewanitaan.
Duduk.
Posisi: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy ( tahiyyat awal ) dan
tawarruk ( tahiyyat akhir ). Perbedaan terletak pada posisi telapak
kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung
dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada
pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung
kemih ( urethra ), kelenjar kelamin pria ( prostata ) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan. dengan benar, Posisi irfi mencegah impotensi.
Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan
seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak
dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ –
organ gerak kita.
Salam.
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran
darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga
kekencangan kulit wajah.
Manfaat Shalat Terhadap Mental Bagi Pelaku Shalat Adalah :
Mendidik manusia agar taat kepada pimpinan yang memberi komando, karena
setelah mendengar adzan dikumandangkan, kita disunnahkan bersegera
menuju masjid / mushalla untuk menunaikan shalat berjamaah.
Mendidik manusia agar memiliki kedislipinan yang tinggi dalam
melaksanakan tugas yang dipikulkan kepadanya, karena shalat telah
diaturkan waktunya secara jelas.
Mendidik manusia untuk memiliki sikap optimis dalam menyongsong masa
depan, karena inti ibadah itu adalah doa, yaitu harapan atau permohonan
kepada Allah SWT yang mengatur segala-galanya.
Menentramkan jiwa, karena dengan shalat seseorang akan merasa senantiasa
dekat dengan Allah. Hal ini dapat dipahami karena dengan shalat berarti
berdzikir, sedangkan berdzikir kepada Allah akan membuahkan ketentraman
hati. Sebagaimana firman Allah :”Ketahuilah hanya dengan berdzikir
kepada Allah hati akan tentram”.(Q.S.Ar Ro’du : 28).
Mendorong manusia berani menghadapi problematika kehidupan dengan hati
sabar dan tabah. Semua problematika kehidupan dihadapi dan disadarinya
sebagai ujian dari Allah yang perlu diterima untuk menguji mentalnya,
serta iman dan takwanya.
Mendidik manusia agar bersikap sportif dan gentleman untuk mengakui
kesalahan dan dosanya, karena dengan shalat merupakan kesempatan yang
sangat baik untuk memohon ampunan kepada Allah swt. atas segala
kesalahan dan dosa-dosanya yang telah dilakukan.
Menghindarkan manusia dari berbuat keji dan munkar (jahat). Jika shalat
dilakukan dengan sepenuh hati, dengan sikap tunduk dan tawadlu’ (rendah
hati) serta hati yang patuh, maka akan mendorong pelakunya untuk
membentengi dirinya dari perbuatan buruk dan jahat. Firman Allah swt.
:”Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah diri dari perbuatan keji
(buruk) dan munkar (jahat)”(Q.S. Ankabut : 45)
Shalat menurut lughat (secara bahasa)berarti do’a, sedangkan menurut
istilah syara’ shalat ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang
dilakukan dengan beberapa syarat tertentu,dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam.
Mengenai bacaan dan gerakan sholat menurut tuntunan Nabi SAW telah kami
cantumkan di bagian pembahasan, yang dimana menurut keyakinan kami masih
banyak lagi hadits mengenai hal ini yang belum kami temukan dan kami
cantumkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar