Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah akan mengampuninya" HR. Muslim, No. 2703."Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima tobat seorang hamba selama ruh belum sampai ketenggorokan".
‘An Ibnu ‘abaasi qala : shallaita
ma’annabiyya shalallahu ‘alaihi wasallama dzaata laitin faqumtu ‘anyasaarihi
fa-akhadari rasuulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama bira’si min wara-i
faja’alanii ‘an yamiinihi (HR.Bukhari)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Aku pernah shalat bersama Nabi SAW pada suatu
malam, aku berdiri disebelah kiri beliau kemudian dipegangnya kepalaku dari
belakang, dan beliau tempatkan aku disebelah kanannya”, (HR.Bukhari)
.Ada (16) hadits semakna dalam shahih Bukhari. 2. Bila ma’mum dua orang (atau lebih)Dalil : 89
‘An Jabaribni ‘abdullahi qala :
qaaman-nabiyyi shalallahu a’alihi wasllama liyushalliya faqumtu ‘anyasaarihi
fa-akhaada biyadii faa-adarafa hatta aqamanii ‘anyamiinihi, tsumma jaa-a
jabbarubnu shahrin faqaama ‘anyasaari rasuulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama
fa-akhada bi-aidinaa jami’aan hatta aqaamanaa khalfahu. (HR.Muslim dan Abu
Daud)
Dari Jabit bin Abdullah, ia berkata : “ Nabi SAW pernah berdiri shalat lalu aku
datang dan berdiri disebelah kirinya, maka beliau pegang tanganku dan
memutarkan aku sehingga aku berada disebelah kanannya”, kemudian datang
jabbarbin Shakhr yang langsung berdiri disebelah kiri Rasulullah SAW. Beliau
SAW memegang tangan kami dan mendorong kami menempatkan kami dibelakngnya”,
(HR.Muslim dan Abu Daud) 3. Posisi ma’mum wanita Dalil : 90
‘An Ibnu ‘abaasi qala : shallaitu ilaa
janbin-nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasallama wa’aa-isyata ma’anaa tushallii
khalfanaa wa-anaa ilaa janbin-nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasallama ushalli
ma’ahu (HR. Ahmad dan An-Nasai)
Dari ibnu Abbas, ia berkata : Aku pernah shalat disamping Nabi SAW dan ‘Aisyah
shalat bersama kami, ia berada dibelakang kami. Sedangkan aku persis disisi
Nabi SAW dan aku shalat bersamanya (berjama’ah)” (HR. Ahmad dan An-Nasai) Kesimpulan : dari tiga hadits ini dapat kita pahami bahwa : Bila ma’mum sendirian harus mengambil posisi disebelah kanan imam, rapat
dan sejajar.Ø
Bila ma’mum dua atau lebih maka harus dibelakang imamØ
Bila ma’mum wanita berada dibelakang jama’ah laki-laki.Ø
‘An ‘Aliyibni –abii
thaalibin ‘an rasuulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama annahu kaana idza qaama
ilaash-shalaati qala wajahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawati wal ardha
haniifaan wamaa –anaa minalmutsrikiina, innash-shalaatii wanusukii wamahyaaaya
wamamatii lillaahi rabbil’alamiina, laa syariikalahu wabidzalika –umirtu
wa-anaa minal muslimiina, allahumma antal maliku laa ilaaha illaa anta, anta
rabbii wa-anaa ‘abduka, zhalamtu nafsi wa’taraftu bidzambii faghfirlii
dzunuubii jami’aan innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, wahdinii
lii-ahsanil akhlaqi laa yahdii lii-ahsanihaa illa anta washrifu ‘annii sai-ahaa
laayashrif ‘annii sainahaa illaa anta, labbaika wasa’daika walkhairu kulluhu
fii yadaika wasy-syarulaisa ilaika annaa bika wailaika tabarakta wata’alaita
astaghfiruka wa atubu ilaika. (HR. Muslim)
Wajjahtu-wajhiya :
Aku hadapkan mukaku Lilladzii fatharas-samaawati : Bagi (Tuhan) yang telah menciptakan
langit-langit Wal ardha : Dan bumi Hanifan-wamaa anaa : Dengan ikhlas dan bukanlah aku Minal musyrikiin : Dari orang-orang musyrik Inna shallatil :
Sesungguhnya shaltku Wanusukii : Dan ibadahku Wamahyaya :
Dan hidupku Wamamaati : Dan matiku Lillahi rabbal’aalamin :
Hanyalah karena Allah yang memelihara sekalian alam Laa syariikalahu : Tidak ada sekutu bagi-Nya Wabidzaalika umirtu : Dan oleh karena itu aku diperintah Wa anaa minal muslimin :
Dan aku (adalah) dari orang-orang islam Allahumma : Ya Allah Antal malikul : Engkaulah raja Laa ilaaha illa anta ; Yang tiada Tuhan selain Engkau Anta rabbi : Engkaulah Tuhanku Wa ana ‘abduka :
Dan aku hamba-Mu Zhalamtu nafsi ; Aku telah menganiaya diriku Wataraftu bi dzabii : Dan aku tahu akan dosa-dosaku Faghfirlii dzunubi jamii’an :
Karena itu maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya Layaghfirudz-dzunuuba :
Tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa Illa anta : Melainkan Engkau Wah dinii :
Dan pinpinlah aku li-ashaniha illaa anta : Kedalam sebaik-baik akhlak Washrif’annii : (karena) tidak ada (yang dapat) memalingkan dariku Sayyiahaa illa anta : Kejahatan-kejahatannya melainkan Engkau Labbaik :
Aku datang menghadap panggilan-Mu Wa sa’daika wal khaira : Dan pertolongan-Mu (dalam) kebaikan itu Kulluhu fil yadaika : Seluruhnya dari kekuasan-Mu Wasy-syami laisa ilaika : Dan keburukan bukanlah (datang) dari-Mu Anaa bika : Aku dijadikan oleh-Mu Wa ilaika ; Dan (aku akan kembali) kepada-Mu Tabarak-ta : Dan Maha Mulia Engkau Wata’aalaita : Dan Maha Tinggi Engkau Astaghfiruka : Aku mohon ampun hanyalah kepada-Mu Wa-atuubu ilaika : Dan aku bertaobat kepada-Mu (HR. Muslim)
2. Bacaan dalam ruku “Subhaana rabbiyal ‘azhiim” Dalil : 83
‘An hudaifata qala :
shallaitun-nabiyyi shalallahu ‘alaihi wasallama tsumma raka’a faja’ala yaquulu,
subhaana rabbiyal’azhiimi (HR. Muslim) Dari Hudzaifah, ia berkata : saya pernah shalat bersama Nabi
SAW .. kemudian beliau ruku lalu membaca “ Subhaana rabbiyal ‘azhiim” (Maha
suci Tuhanku yang Maha Agung”, (HR. Muslim)
Maka di dalam ruku, kita boleh memilih yang mana saja do,a / tasbih ruku yang
diajarkan Rasulullah yakni pada Dalil : 41 maupun dalil ini.
3. Do’a ketika bangkit dari ruku, setelah membaca “Sami’allaahu liman hamidah” Dalil : 84
An Abii sa’idil
hudrii qala : kaana rasulillahi shalallahu ‘alaihi waslallam idzaa rafa’a
ra’sahu minar-rukuu’i qala : allahumma rabbana lakalhamdu mil-us-samaawati
wal-ardhi wamil-u maasi’ta min syai-in ba’du a-hluts-tsanaa-i walmajdi a-haqqu
maaqalal ‘abdu wakullanaa laka ‘abdun, allahumma laamaani’a limaa ‘athaita
walaa mu’thiya limaa mana’ta walaayanfa’ul jaddi minkal jaddu. HR, Muslim
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW apabila mengangkat
kepalanya dari ruku ia membaca : …….. Allahumma :
Ya Allah Rabbanaa lakal hamdu : Ya rabb kami, bagi-Mu lah segala puji
Mil us-samaawaati wal ardhi : Sepenuh langit dan bumi Wamil a-maa-syi’ta : Sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki Min syai-in ba’du : Selain daripada itu Ahlats-tsanaa-i wal majdi :
Yang berhak atas sanjungan dan pujian Ahaqqu maa qalal’abdu ;
Selayak ucapan yang diucapkan seorang hamba Wa kulla naa laka‘abdun : Dan setiap kami adalah hamba-Mu Allahumma laa maani’a :
Ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi Limaa’athaita :
Apa-apa yang Engkau beri Wala mu’thiya :
Dan tidak ada yang dapat memberi Limaa mana’ta : Apa-apa yang Engkau halangi Walaa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu :
dan tidak akan ada manfaat kekayaan
kecuali kekayaan-Mu (HR, Muslim)
4. Bacaan dalam sujud”Subhaana rabbiyal a’laa” Dalil : 85
An hudaifata qala :
ma’an-nabiyya shalallahu ‘alaihi wasallama fakaana yaquulu fii rukuu’ihi
subhaana rabbiyal’azhiimi wafiis-sujuudihi subhaana rabbiyal’alaa (HR. Muslim
dan Tirmidzi) Dari Hudzaifah, ia berkata : saya pernah shalar bersama
Rasulullah SAW, maka beliau membaca pada rukunya : “Subhaana rabbiyal ‘azhiim”
(Maha suci Tuhanku yang Maha Agung) dan dalam sujudnya : “Subhaana rabbiyal
‘alaa” (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi) (HR. Muslim dan Tirmidzi)
. Kita boleh memilih bacaan dalam sujud baik dari Dalil 48 maupun Dalil 85 ini 5. Do’a tasyahud “Attahiyyatul mubarakatu” Dalil : 86
An Abii mas’uudi qala
: qala basyiirubnu sa’din amaranaallahu antushallii ‘alaika fakaifa nushalli
‘alaika? Fasakatu tsumma qala : allahumma shallii ‘alaa muhammadin wa’alaa aali
muhammadi kaa shallaita ‘alaa ibraahiima wabaarik ‘alaa muhammadin wa’alaa aali
muhammadin kamaa barakta ‘alaa ibrahiima fiil’alamiina hamidummajidun Dari Abi Mas’ud, ia berkata : Telah berkata Basyir bin Sa’ad : Allah telah
memerintahkan kami agar bershalawat kepadamu, Bagaimanakah caranya Ya
Rasulullah? Rasulullah diam sesaat kemudian bersabda :
‘An Abii humaidin ssa’adi qala : qala
rasulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama alaisa idzaa haadhatilmar-atu lam
yushalli walam tashamu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Humaid As Sa’id, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :”
Bukanlah perempuan itu apabila haid tidak (wajib) ia shalat da tidak (wajib) ia
puasa?”, (HR. Bukhari dan Muslim)
2.Lama masa haid menurut kadar kebiasaan
Dalil : 73
‘An ‘Aisyah anna faatimata binta abii
hubaisin kaanat tustahadu faqaala lahaa rasuulillahi shalallahu ‘alaihi
wasallama innaddamal haidha damun aswadu yu’rafu faidzaa kaanat dzaalika
fa-amsikii ‘anish-shalaati, fa-idzaa kaanal akharu fatawadh-dha-i washallii (
HR. Abu Daud dan Nasai)
Dari Asyah bahwasanya Fatimah binti Abi Hubaisy biasa (istihadhah) maka
Rasulullah SAW bersabda kepadanya: Sesungguhnya darah haid itu darah hitam yang
dikenal, maka apabila ada yang demikian berhentilah dari shalat tetapi jika ada
yang lain berwudhulah dan shalatlah”, ( HR. Abu Daud dan Nasai) Dalil : 74
Walilbukhaari : faidzaa aqbaltal haidhatu fatrukiish-shalaati faidzaa dzahaba
qadruhaa faghsilii ‘ankiddama washalliya Dan bagi (riwayat) Bukhari : Maka apabila datang haid, hendaklah engkau
tinggalkan halat dan apabila telah lewat qadar (kebiasaannya) hendaklah engkau
cuci darah itu dan shalatlah”,
‘An ‘Aisyah
qalat : jaa-at fathimatu abii jubaisin ilaan-nabiyyu shalallahu ‘alaihi
wasallama faqalat yaarasuulillahi inniimra-atun a-stakhadu falaa athhuru
a-faa-ada’ush-shalaata? Qala : laainnamaa dzalika ‘irqun walaisa bihaidhi,
faidzaa aqbalat haidhatuka fadaa’iish-shalata, wa-idzaa adzbarat faghsilii
‘ankiddama tsumma shallii (HR, Bukhari Muslim) Dari Aisyah, ia berkata : Telah datang Fatimah binti
Hubais kepada Nabi SAW lalu berkata :“ Ya Rasulullah! sesungguhnya saya seorang
perempuan yang kena penyakit istihadhah (kedatangan darah terus-menerus) hingga
saya tidak suci, apakah saya boleh meninggalkan shalat? Rasulullah bersabda :
yang demikian itu penyakit dan bukan haid, maka apabila datang haidmu
tinggalkan shalat dan apabila berhenti cucilah dirimu dari darah itu, kemudian
shalat”, (HR, Bukhari Muslim)
4. Kerluar air keruh dan kuning sesudah
haid Dalil : 77
‘An ‘Aisyah qalat fatukmaru biqadhaa-i sh-shaumi walaa tukmaru
biqadhaa-ish-shalaati ”,(HR. Muslim)
Dari Aisyah ia berkata : maka kami (yang hak) diperintah (Nabi) agar mengqadha
puasa dan tidak diperintah mengqadha shalat”,(HR. Muslim) Dalil : 79
Dari Ummu Salamah, ia berkata :” Adalah perempuan-perempuan nifas zaman Nabi
SAW tidak shalat empat puluh hari, sesudah nifasnya (sesudah melahirkan)”, (HR.
Lima kecuali Nasai)
Dari Anas, bahwasanya Rasulullah SAW
telah bersabda :”, waktu bagi perempuan nifas itu (ialah) empat puluh hari,
kecuali (apabila) suci sebelum itu”, (HR. Ibnu Majah) Dalil : 81
Walaii-ibni
maajah : tantadhirun-nufasaa-u arba’iina yaumaan illaa an tarath-thuhra qabla
dzaalika faa-in balaghat arba’iina yaumaan walam tarath-thura faltaghtasil
Dan bagi (riwayat) Ibnu Majah :“Perempuan nifas itu perlu menunggu empat puluh
hari, kecuali jika ia bersih sebelum itu. Maka apabila sesudah sampai empat
puluh hari tetapi belum juga bersih, maka hendaklah ia mandi”,
Rahmat Mulyadi Taman Bima Permai Jl. Sena .III . Blok A 11 Cirebon Jabar
Mohon maaf atas kekurangan dan kekhilafannya. wslm
Aw-walu mayuhasibu ‘alaihil’abdu yaumal
qiyaamatish-shalatu, fainshaluhat shaluha saa iru ‘amalihi, wain fasadat fasada
saa iru ‘amalihi ( HR.Thabrani)
Artinya : ‘Mal yang paling awal di hisab dari seseorang hamba adalah shalat.
Bila baik shalatnya, maka baiklah seluruh amalannya. Tapi bila buruk shalatnya
maka buruk pulalah semua amalannya”, (HR. Thabrani)
Sedemikian pentingnya ini sehingga Allah mewajibkannya dalam setiap keadaan,
baik sedang lapang atau sempit, baik sedang damai atau perang, sedang di rumah
, di mesjid ataupun sedang bepergian. Artinya, penyusun belum pernah menemukan
dalil yang memberi excuse (rukhsah) bagi orang normal lagi adar untuk
meningkatkan shalat : Firman Allah menyatakan :
Artinya : Jika dalam keadaan takut (bahaya) maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan, kemudian apabila telah aman maka ingatlah Allah (shalatlah)
sebagaimana Allah telah mengajarkan kamu apa yang kamu ketahui”, (QS,
Al_Baqarah : 239)
Allah mengancam pedas, bahkan mengancam mereka yang melalaikan shalat.
Artinya : Maka datanglah sesudah mereka (generasi) pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan”’(QS. Maryam : 59)
Tidak ada ikhtilaf (perbedaan) pendapat antara ulama dan sudah menjadi
konsesnsus (ijma), bahwa yang meninggalkan shalat karena menentang dan mengingkari,
maka itu adalah kekafiran dan tidak ada lagi baginya ikatan dengan islam.
Sedangkan mereka yang meninggalkannya dengan alasan malas sibuk dan seribu satu
alasan lainnya yang tidak dibenarkan syara’, tapi masih mengimani bahwa shalat
adalat kewajiban syari’ah, maka beberapa hadits Rtasulullah menghukumnya
sebagai (kafir) dan tidak terlindungi harta dan darahnya oleh islam.
ùnü»øÃüÆC ÷Û@üê÷L÷Ü ùÈøX ûnÆC ÷Ûüê÷L
(îDsÚÆCûËCÛÚsÆCKDczEÜjÖbEäCÜm) ùõ÷Ìû÷¡ÆC
øÁün÷P
Bainar-rajuli wabainalkufri tarkush-shalaati (HR. Ahmad Muslim, dan Ashabus Sinan
kecuali Nasai)
Artinya : Batas antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan
shalat”.(HR. Ahmad Muslim, dan Ashab us Sunan kecuali Nasai)
Al’ahdulladzii bainanaa
wabainahumush-shalaatu, faman tarakahaa faqad kafara”. (HR. Ahmad dan Ashabus
Sunan)
Artinya : “Janji yang mengikat kami (Rasulullah) dengan mereka (muslimin)
adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, kafirlah dia”. ”. (HR.
Ahmad dan Ashabus Sinan)
‘ural islami waqawa’idul-ladziina
tsalatsatun, ‘alaihinna asaasul islami, man taraka wahidatan minhunna fahuwa
bihaa kaa firun halaaluddami, syahadatu anlaailaha illallahu, wash-shalatul
maktuubatu washaumu ramadhaana( HR. Abu Ya’la dengan sanad Hasan).
Artinya : Buhul tali islam dan kaidah-kaidah agama ini ada tiga di atas tiga
inilah islam ditegakkan. Barangsiapa meninggalkan shalat satu dari padanya,
maka ia adalah kafir dan halal darahnya. Ketiga asas itu adalah syahadat
(bersaksi) tiada tuhan selain Allah, mendirikan shalat fardhu dan puasa
Ramadhan”. ( HR. Abu Ya’la dengan sanad Hasan).
×êb ûnÆC Û|Öb ûnÆCÓC ×sL
÷ç|Æù Gû÷ËüØ÷ EüÜøj÷æüw÷é ëû÷Q÷b ÷qDû÷ÚÆC
øÈùPD÷¾÷ E üØ÷ E øOünùÕøC
Umirtu an aqqtilun-nasi hatta yasyhaduu
anlaa ilaha illallahu wa anna muhammadar-rasuulullahi wayuqaamuush-shalatu
wayu’tuz-zakaatu, faidzza fa’aluu dzalika ‘ashamuu minni dimaa-ahum wa
amwalahum illa bihaqqil islami, wahisaabuhum ‘alaallahi ‘azza wajalla (HR.
Bukhari dan Muslim)
(Berkata Ibnu Umar) : “ Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
mereka bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulnya,
mendirikan shalat dan membayar zakat, jika mereka penuhi semuanya berarti
mereka telah menjaga darah dan hartanya dariku, kecuali berdasarkan hak dari
islam. Sedangkan perhitungannya terserah kepada Allah Azza wajalla”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
semua yang penyusun bertalian dengan nilai-nilai shalat yang patut menjadi
perhatian kita bersama untuk menjaganya dengan sungguh-sungguh. Karena hanya
shalat yang bernilai sajalah yang mampu mencegah pelakunya dari fahsya dan
munkar. (QS. Al-Ankabut : 45)
Dari segi amaliah (pelaksanaan) shalat, maka Rasul menghendaki umatnya
memperaktekkan shalat itu sesuai sunnahnya. Sabdanya :
“Shallu kamaa ra’aitumunii ushalli”,
dimaksudkan agar kaifiat (tata cara) shalat harus mengacu ketat pada sunnahnya.
Dengan demikian, shalat akan memberi dampak positif secara nilai, sekaligus
mencegah dari kesalahan kaifiat. Seorang shahabat pernah di suruh Rasulullah
SAW untuk mengulangi shalatnya sampai tiga kali, dengan sabdanya :
ûùÈ÷¡øé ü×÷Æ ÷Äû÷ÙùD÷º,ûùÈ÷¡÷º ü³ùXýmùC
irji’ fashalli, fainnaka lam yushalli
Artinya : “Kembali dan ulang shalatmu, karena sesungguhnya engkau belum
shalat”,
Maksud Rasulullah, orang itu tidak sah shalatnya karena kaifiatnya menyalahi
cintoh Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengajarkannya tata cara shalat dan
mengoreksi kesalahan-kesalahannya. Makalah yang sangat sederhana ini berupaya
keras untuk menyajikan dalil-dalil shahih dari sunnah sebagai acuan atas setiap
gerak dan bacaan shalat kita agar sesuai dengan shalat Rasulullah.
Kekhawatiran Imam Ahmad bin Hambali, dahulu, tentang hadits Nabi SAW :ù
ùqDû÷ÚÆC ë÷Ç÷±ëùPF÷é . ×êbû nÆCÛ|ÖbûnÆCÓC
×sL
(jÖbE
äCÜm) ……ØüÝûøÇ÷¡øé÷Ë÷Ü ØüÝûøÇ÷¡øé þØD÷Õ÷o
Ya’tii ‘alaan-naasi zamaanun yushalluuna walaa yushalluuna”,( HR. Ahmad)
Artinya : “Akan datang suatu masa bagi manusia di mana mereka shalat tapi
sesungguhnya mereka tidak shalat”,( HR. Ahmad)
Sampai-sampai beliau berkata : Hadits itu telah berlaku di zamanku ini “ ,
Ini diungkapkan beliau seusai mengadakan survai terhadap 100 masjid dan beliau
simpulkan tidak satupun dari mesjid-mesjid itu memperaktekan shalat sesuai
sunnah. Masa itu adalah 200 tahun pasca wafatnya Rasulullah SAW.
Konon begitu keadaan di zaman imam Ahmad, lantas bagaimana kini setelah (15)
abad di tinggal Rasulullah?
Sebagai mana imam Ahmad. Penyusun punya kekhawatiran yang sama, di samping juga
concem terciptanya wawasan yang benar ke arah tata cara shalat, khususnya untuk
jama’ah Al-Istiqaqmah .Taman Bima Permai Cirebon, dan kaum muslimin umumnya
Wudhu ialah Syarat dari beberapa syarat sahnya shalat, maka tidak sah shalat
selain dengan wudhu, dan itu mempunyai cara khusus, (yaitu) yang wajib, sunnah
dan yang batal.
Tata cara wudhu yang wajib
Dalil : 1 Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an maka wudhu yang wajib itu seperti tersebut
berikut ini :
Idzaa kuntum ilaash-shalaati faghsiluu
wujuuhakum wa abdiyakum ilaalmarafiqi wamsahuu biru-uusikum wa arjulakum
ilaalka’baini ”.
( QS. Al_Maidah :6).
Artinya : “ Apabila kamu hendak menegakkan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan basuhlah kaki-kaki kamu
sampai dengan kedua mata kaki”. ( QS. Al_Maidah :6).
Tata cara Berwudhu yang Wajib Campur
Sunnah 1.Membaca Basmalah
Dalil : 2
‘an abii hurairatu qala : qala
rasulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama laawudhuu-a liman lam yadzkurusmallahi
‘alaihi(HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :
“Tidak ( sah ) wudhu bagi orang yang
tidak menyebut nama Allah pada (permulaan wudhunya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan
Ibnu Majah)
2.Mencuci tangan, berkumur dan menghirup
air ke hidung Dalil : 3
Qiila li’abdillahibni zaidin :
tawadha’lanaa wudhuu-a rasuulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama
fada’abi-inaa-i fa-akfa-a minhaa ‘alaa bidaihi faghasalahum tsalaatsaa, tsumma
adkhala yadahu fastakhrajahaa famadhmadha wastansyaqa min kaqin wahidatin
fafa’ala dzalika tsalaatsa …(HR. Muslim) Ada yang bertanya kepada Abdullah bin Zaid :’ Tunjukkanlah kepada kami
(sebagaimana) cara wudhu Rasulullah SAW!Maka Abdullah bin Zaid minta satu
bejana air, kemudian ia menuangkan air dari bejana itu ke atas tangannya itu
tiga kali kemudian ia memasukkan tangannya (ke dalam bejana itu) lalu ia
keluarkan kemudian ia berkumur dan menghisap air ke hidung, ia perbuat itu tiga
kali …(HR. Muslim)
Dari Abdulla bin Zaid dalam sifat wudhu, kemudian Rasulullah SAW memasukkan
tangannya lalu berkumur dan menghirup air kehidungnya dengan air seciduk
tangannya yang dilakukannya tiga kali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Tsumma akhada ghurfatan min maa-i
faja’ala bihaa hakadzaa a-dhaafahaa ilaa yadihil-ukhraa faghasala bihaa wajhahu
”, (HR. Bukhari) Kemudian Nabi menga,bil air seciduk, lalu buat begini, yaitu ia rangkapkan
tangan yang satu lagi, kemudian ia cuci mukanya dengan itu”, (HR. Bukhari)
“Kemudian ia (Abdullah bin Zaid) memasukkan kedua tangannya (ke dalam bejana)
lalu dikeluarkannya kemudian ia basuh mukanya itu, dilakukannya tiga kali”,
(HR. Muslim)
Tsumma a-dkhala (‘abdullahibnu zaidin)
yadahu fa-astakhrajahaa faghasala yadaihi ilaal mirfaqaini marrataini (HR.
Muslim) “Kemudian ia (Abdullah bin Zaid) memasukkan tangannya lalu dikeluarkan
terus dibasuhkan kedua tangannya sampai siku, dua kali dan kaki dua kali”, (HR.
Muslim)
bada-a bimuqaddami ra’sihi hatta dzahaba
biha ilaa qafahu tsumma raddahuma ilaa lmalkanil ladzii badzaa-a minhu (rawahu
bukhari muslim) “Dari Abdullah bin Ashim dalam sifat wudhu ia berkata : Beliau mulai
(mengusap) dari depan kepala hingga beliau menjalankan kedua tangannya sampai
tengkuknya kemudian beliau kembalikan (kedua tangannya ke tempat yang beliau
memulainya”, (HR. Mukhari dan Muslim)
‘an ‘abdullahibni ‘amrin fii
shifatilwudhu-i qala : tsumma masaha bira’sihi wa-adkhala isba’aihis-sbbaa
hataini fii a-dzanaihi wamasaha bi-ibhaamaihi zhahiran dzunaihi (HR. Abu Daud
dan Ibnu Khuzaimah) “Dari Abdullah bin Amir dalam sifat wudhu ia berkata : “Kemudian Nabi
mengusap kepalanya dan beliau memasukkan kedua telunjuknya ke dalam kedua
telinganya dan mengusap kedua telinganya bagian luar (nya) dengan kedua ibu
jarinya”, (HR. Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah
Qaalatir-rabii’u : ra-aitu rasuulillahi
shalallahu ‘alaihi wasallama yatawadh-dha-u famasaha maa aqbala minhu wamaa
adbara washurghaihi wa-adzunuhi farratan wahidatan ”, (HR Abu Daud)
Telah berkata Rubaiyi : “Saya pernah melihat Rasulullah SAW berwudhu … lau ia
usap kepala sebelah depan dan sebelah belakang dan dua pelipis atas dan dua
telinga, dengan sekali usap”, (HR Abu Daud) Dalil : 10 b
‘an ‘aliyyi fii shifatilwudhu-i qala :
wamaha bira’sihi wahidatan )” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai) “Dari Ali dalam sifat wudhu ia berkata ;“Dan mengusap kepalanya satu kali
(usap)” (HR.Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai)
Ada orang bertanya kepada Abdullah bin Zaid : “ Tunjukkanlah kepada kami
(bagaimana) cara wudhu Rasulullah SAW maka Abdullah bin Zaid minta satu bejana
air, kemudian ia menuangkan air dari bejana itu ke atas tangannya, lalu ia
mencuci kedua tangannya itu tiga kali, kemudian ia memasukkan tangannya (ke
dalam bejana itu) lalu ia keluarkan kemudian ia berkumur dan menghirup air ke
hidung ia perbuat yang demikian itu tiga kali, kemudian ia masukkan tangannya
lalu ia keluarkan kemudian ia membasuh mukanya tiga kali, kemudian ia masukkan
tangannya lalu ia keluarkan dan ia cuci dua tangannya sampai siku, dua kali,
kemudian ia masukkan tangannya, lalu ia keluarkan dan ia sapu kepalanya, yaitu
ia letakkan dua telapak tangannya di sebelah depan (kepala, lalu ia tarik ke
belakang ; kemudian ia cuci kakinya sampai dua mata kaki kemudian ia berkata:
Beginilah sifat wudhu Rasulullah SAW”, (HR. Muslim)
‘an ‘umara qala : qala rasulillahi
shalallahu ‘alaihi wasallama maa minkum min a-hadin yatawadha-u fayahsinul
wudhu-a tsumma yaquulu : asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahu laatsarukalahu
wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluhu illa futuhat lahu abwabul
jannatits-tsamaaniyatu yadkhulu ayyuha sya-a (rawahu bukhaari watarmizi)
Dari Umar telah berkata : “ Telah bersabda rasulullah SAW tidak ada balasan
bagi siapa di antara kamu berwudhu dan membaguskan wudhunya itu kemudian
membaca :
Asy hadu an laa ilaaha : Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan
Illallah : Melainkan Allah
Wah-dahu : Yang tunggal
Laa-syari-kalah : Tidak ada sekutu baginya
Wa-asyhadu : Dan aku bersaksi
Anna Muhammadan : Bahwasanya Muhammad itu
‘Abduhu warasuuluh : Hamba-Nya dan utusan-Nya
Melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan ia masuk dari (arah)
mana yang ia kehendaki “, ( HR. Muslim dan Tarmidzi)
Diperbolehkan wudhu dengan membasuh anggota-anggota wudhu sekali, dua kali,
tiga kali,
‘an ‘aliyyi an-nan-nabiyya shalallahu
‘alaihi wasallama tawadha-a tsalaatsan ,“, (HR. Tarmdzi) Dari Ali : “Sesungguhnya Nabi SAW ada berwudhu, tiga kali, tiga kali,“,
(HR. Tarmdzi)
Kecuali, usap kepala sekaligus telinga, hanya sekali saja. (lihat dalil 11) Hal-hal
yang membatalkan wudhu… 1. Keluar angin Dalil : 18
‘an abii hurairahtu qala ; qala
rasulillahi shalallahu ‘alaihi wasallama : laa yaqbalullahu shalatan a-hdatsa
yatawadha-u, qala rajulun min hadharamauta, malhadatsu ya-abahurairatu? Qala :
fusaa-un au-dhurathun ”, (HR. Bykhari)
Dari Abu Khurairah, berkata : “Telah bersabda Rasulullah : Allah tidak akan
menerima shalat orang berhadats sehingga ia berwudhu”, seorang laki-laki Hadaru
bertanya :’Apakah hadats itu wahai Abu Hurairah?” ia menjawab :” Keluar angin,
kecil atau besar”, (HR. Bykhari)
Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata : “Adalah aku seorang laki-laki yang
bermadzi lau saya suruh Mikdad agar bertanya kepada Nabi SAW lalu ia bertanya,
maka Rasulullah SAW menjawab : (wajib) wudhu dari hal itu”, ( HR. Bukhari dan
Muslim)
3. Buang air besar atau kecil…
Dalil : 20
×êb ûnÆC Û|Öb ûnÆCÓC ×sL
÷ôD÷sûùÚÆC ø×øQüs÷Ö÷ÆüÜ÷C ùªùïD÷·üÆC ÷ÛùÕ
ü×øÃüÚùÕ þj÷b÷C ÷ôB÷XüÜ÷ E
Telah berfirman Allah SWT : .. atau salah seorang dari antara kamu datang dari
tempat buang air atau kamu bersetubuh sedang kamu tidak mendapat air maka
hendaklah kamu tayamum”, (QS. An_Nisaa’: 43)
Dari Khaulah bahwasanya ia bertanya kepada Nabi SAW mengenai perempuan yang
bermimpi sebagaimana laki-laki, maka Rasulullah menjawab : Tidak wajib ia mandi
jika tidak keluar (maninya) sebagaimana laki-laki, ia (juga) tidak wajib mandi
bila tidak keluar (maninya)” (HR. Ahmad)
5. Bersetubuh… Dalil : 22
×êb ûnÆC Û|Öb ûnÆCÓC ×sL
ü×÷Ç÷º
÷ôD÷sûùÚÆCø×øQüs÷Ö÷ÆüÜ÷CùªùïD÷·üÆC÷ÛùÕ ü×øÃüÚùÕ þj÷b÷C ÷ôB÷XüÜ÷ E
Telah berfirman Allah SWT : .. atau salah seorang dari antara kamu datang dari
tempat buang air atau kamu bersetubuh sedang kamu tidak mendapat air maka
hendaklah kamu tayamum”, (QS. An_Nisaa’: 43)
‘an abii hurairatu qala : qala
rasulillahi shalallahu ‘alihi wasallama idzaa jalasa baina su’aa bihal arba’i
tsumma jahadahaa faqad wajabal ghuslu ”, ( HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah telah berkata : “ Telah bersabda Rasulullah SAW apabila
seorang laki-laki duduk antara anggota-anggota perempuan yang empat, kemudian
ia mengurusnya, maka wajiblah ia mandi”, ( HR. Bukhari dan Muslim).
Mohon maaf atas kekurangan dan kekhilafannya. wslm