Bagaimana Rasulullah Istirahat Siang?
BERKATA Ibnu Atsir: “Qoyluulah adalah istirahat di pertengahan siang walaupun tidak tidur,” (Nihayah Fi Ghoribil Hadits).
Istirahat siang adalah sunnah yang diajarkan dan dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memerintahkan kita
untuk tidur siang dalam sabda beliau yang dinukilkan oleh Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu:
قِيْلُوا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ
“Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan
itu tidak pernah istirahat siang.” (HR. Abu Nu’aim dalam Ath-Thibb,
dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah :
isnadnya shahih)
Apa yang dilakukan dan dihasung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ini juga diikuti oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Di
antaranya ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam riwayat dari
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
رُبَّمَا قَعَدَ عَلَى بَابِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رِجَالٌ مِنْ
قُرَيْشٍ، فَإِذَا فَاءَ الْفَيْءُ قَالَ: قُوْمُوا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ
لِلشَّيْطَانِ. ثُمَّ لاَ يَمُرُّ عَلَى أَحَدٍ إِلاَّ أَقَامَهُ
Pernah suatu ketika ada orang-orang Quraisy yang duduk di depan pintu
Ibnu Mas’ud. Ketika tengah hari, Ibnu Mas’ud mengatakan, “Bangkitlah
kalian (untuk istirahat siang, pent.)! Yang tertinggal hanyalah bagian
untuk setan.” Kemudian tidaklah Umar melewati seorang pun kecuali
menyuruhnya bangkit.” ‘ (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,
dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil
Mufrad : hasanul isnad).
Dalam riwayat yang lainnya disebutkan:
كَانَ عُمَرُ رضي الله عنه يَمُرُّ بِنَا نِصْفَ النَّهَارِ
–أَوْ قَرِيْبًا مِنْهُ – فَيَقُوْلُ: قُوْمُوا فَقِيْلُوا، فَمَا بَقِيَ
فَلِلشَّيْطَانِ
Biasanya ’Umar radhiyallahu ‘anhu bila melewati kami pada tengah hari
atau mendekati tengah hari mengatakan, “Bangkitlah kalian! Istirahat
sianglah! Yang tertinggal menjadi bagian untuk setan.” (HR. Al-Bukhari
dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu
dalam Shahih Al-Adabil Mufrad : hasanul isnad)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu juga mengabarkan kebiasaan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulunya:
كَانُوا يُجَمِّعُوْنَ ثُمَّ يَقِيْلُوْنَ
“Mereka (para sahabat) dulu biasa melaksanakan shalat Jum’at,
kemudian istirahat siang.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,
dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil
Mufrad : shahihul isnad).
Jika para sahabat saja bersemangat mengikuti perintah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengajak yang lainnya melakukan
kebaikan ini, tentu kita tak pantas meninggalkannya. Kita melakukan dan
kita ajak anak-anak kita untuk melakukannya pula. Manfaat yang besar
akan mereka dapatkan; tubuh akan terasa segar untuk melaksanakan
berbagai ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga menyelisihi
kebiasaan setan yang tak pernah istirahat di siang hari. Lebih penting
lagi, membiasakan diri mereka untuk meneladani sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [abu zuhry]